Curhatku

By : sh3rly_nd@yahoo.co.id
Mojosari, 31 April 2009
20.47 PM


Perkenalkanlah teman, namaku Roshella Davinka Azarine.
Mungkin hari ini adalah hari yang cukup menyedihkan bagiku. Saat berangkat sekolah, aku sempat berpapasan dengan Yovie, pujaan hatiku selama ini. Tak hanya selama ini, tetapi sudah sedari dulu.
Malam ini, tak tahu apa yang sedang terjadi pada diriku ini. Rasanya bingung, entah aku ingin menangis sepuas-puasnya, ingin tertawa sekencang-kencangnya ataukah ingin marah sekeras-kerasnya.
Hari ini memang sungguh berarti. Sudah 3 tahun aku mengenang semua kisah tentang kita, aku dan dia. Aku mungkin adalah mahkluk tuhan paling bodoh di dunia. Siapa yang akan menolak, jika sang pujaan hati balik menyatakan cintanya? Tapi tidak dengan aku. Aku memang bodoh.

*****

Saat pertama masuk sekolah, aku sudah sangat menyukainya. Dulu memang hanya sebatas suka. Tapi aku tak tahu, perasaan apa yang akan singgah dihatiku beberapa waktu lagi.
4 bulan kemudian, aku sudah sangat mengenalnya. Aku sudah sangat akrab dengannya, karena dia teman sekelasku. Dan inilah waktu yang tak pernah kuharapkan dan kunantikan. Aku telah jatuh cinta kepadanya. Tapi rasa itu hanya kusimpan dalam hati saja. Tak perlu kukatakan pada siapapun.
Pernah terbesit di pikiranku untuk memberikannya suatu hadiah, walaupun saat itu dia tak berulang tahun. Sudah kubeli semua barang yang menurutku dia suka. Dan aku yakin, dia mau menerimanya.
Saat esok hari, aku segera memberikannya hadiah itu.
“Ehm, hai Vie…” sapaku.
“Hai juga. Napa?” balasnya.
“Eh…ehm, eee…itu, ooh…anu…”
“Ngomong apaan sih? Bahasa baru ya?”
“E-eh, enggak kok. Cuma mau nyapa kamu aja.” Kataku sambil berlalu.
Uuuwh, bodoh. Aku sudah menyia-nyiakan kesempatan emasku. Dan mungkin ini takkan terulang lagi. Aku sudah putus asa, akhirnya kado itu kuberikan pada Wirda, teman sekelasku. Karena menurutku, Wirda adalah sohib setia Yovie.
Bulan demi bulan pun terus berganti. Begitu juga dengan tahun yang turut berganti.
Sifat Yovie sangat berubah. Dia semakin keras kepala dan ingin memerintah seperti raja. Tapi itu semua malah membuatku semakin tertarik padanya.
Esoknya, telah terjadi perang mulut antara aku dan Yovie. Uuuwwh… jengkel banget duech!
“Eh setan, kenapa kamu nggak ikut kerja kelompok dirumahnya Duta? Kan kasihan dia udah nunggu kamu berjam-jam.” Tanya Yovie kepadaku.
“Asal kamu tahu aja yah tuan iblis, aku kemaren udah bilang sama Dutha kalo aku lagi pusing kepala. jadi aku ijin buat nggak ikut kerja kelompok.” Jawabku.
“Beli obat sakit kepala di apotikku donk! Dasar bodoh, udah tau sakit kok dibiarin.”
“Kamu yang bodoh, aku udah beli obat. Tapi kan nggak mungkin obatnya bisa langsung bereaksi. Makanya, kalo bicara sama orang jangan keburu. Dasar sok tahu!”
“Eh setan, kamu berani ngelawan aku ya?”
“Ya, emang kenapa raja iblis?”
Perang mulut itu terus terjadi. Dan berhenti disaat ada seorang guru mata pelajaranku yang melerai. Teman-temanku tak berani melerainya. Mungkin mereka sudah sakit jiwa. Karena mereka malah meyoraki aku dan Yovie.
Pernah suatu hari, tiba-tiba dia memalaki makanan yang aku bawa.
“Nyet, bagi-bagi kuenya donk!” kata Yovie.
“Enak ajah, kamu beli sendiri donk! Dasar gorila…!!!” jawabku.
“Pelit amat sih jadi monyet. Lagian di kantin tuh nggak ada kue yang seperti kamu bawa.”
“Udah tau pelit, kok masih dimintain. Beli sendiri donk gorilla.”
“Ah, aku nggak punya uang.”
“Kamu kan punya apotik. Lagian, papa kamu kan jadi dokter. Pasti uangnya banyak.”
“Aku males perginya.”
“Sini uangnya, kamu titip aja sama aku.”
Perlahan-lahan, Yovie berlalu dengan muka ditekuk kayak orang menahan kentut. Rupanya dia sedang ngambek karena nggak kukasih kue brownies.
Beberapa menit kemudian, dia berlari kearahku. Aku kira dia mau apa, ternyata…
“Clekit…”
“Auuuwwhh… dasar kepiting merah!” ujarku
“Hmmm…” jawab Yovie sambil nyengar-nyengir sendiri kayak orang habis keluar dari RSJ.
Rupanya dia telah mencubit lenganku. Sakitnya minta ampun. Nggak bisa dibayangin, nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

*****

Seiring dengan berjalannya waktu, kami pun tumbuh besar dan bertambah tinggi. Seperti remaja pada umumnya, banyak diantara temanku yang mulai ngelirik-lirik cowok alias naksir.
Contohnya Rizka yang mulai ngelirik Wirda dan ternyata Wirda juga naksir sama Rizka. Ih waw, akhirnya mereka jadian. Sama halnya dengan Andi yang mulai jatuh cinta sama Vita.
Di pagi buta saat aku baru datang, Vita langsung menuju kebangkuku. Biasalah, aku sudah tahu kebiasaannya. Vita adalah ratu gosip dikelasku. Jadi boleh ditebak kalau Vita mau menggosip di bangkuku.
“Vi, aku baru denger kabar deh dari Hilda.” Kata Vita
“Apa? Pasti gosip ya?” Tanya Vila.
“Alah, pasti soal mbak Imel. Iya kan?” sahut Nani.
“Kenapa mbak Imel?” tanyaku.
“Iya. Katanya Yovie sekarang lagi naksir sama mbak Imel.” Jawab Vita.
Disaat semua asyik ngerumpi, aku langsung beranjak pergi. Rasanya BT banget, nggak tahu kenapa aku jadi jengkel sama mbak Melly. Mungkin karena aku jealous sama dia.
Aku benci, kenpa harus mbak Melly yang ditaksir Yovie? Rasanya, aku iri sama mbak Melly.
Tapi perlahan-lahan, aku mulai berusaha untuk melupakan seorang Yovie dari kehidupanku. Ak tahk banya berharap untuk bisa menjadi seseorang yang lebih istimewa di mata Yovie.
Kupikir, memang Yovie tak akan mempunyai rasa yang kuharapkan kepadaku. Mungkin sebaiknya, aku dan dia hanya berteman dengannya.
Beberapa waktu kemudian, kabar burung itu tak terdengar lagi. Yovie telah menyangkal semuanya langsung di depan mata teman-temanku. Yang jelas, mbak Melly sangat malu. Sehingga sekarang mbak Melly dan Yovie musuhan.
“Shela, tunggu.” Teriak Vita saat pulang sekolah.
“Ada apa?” Tanyaku
“Yovie nitipin ke aku ini lho, katanya disuruh ngasihin ke kamu.” Jawab Vita sambil menunjukkan sebuah gelang giok berwarna coklat kpadaku.
“Mau ngapain dia ngasih itu ke aku?” tanyaku.
“Shel, Yovie suka sama kamu.” Jawab Vita.
“Preeet… nggak mungkin tau Yovie suka sama aku.” Kataku.
“Beneran kok. Kalau nggak percaya ya terserah kamu. Eh iya, Yovie minta nomer hpmu.” Kata Vita dengan wajah serius.
“Beneran?”
“He-eh… sekarang kamu mau nggak nerima gelang dari Yovie ini?” Tanya Vita.
“He-em.” Jawabku sambil menganggukan kepala dan memberikan secarik kerta yang berisi nomer hpku.
Pulang dari sekolah, aku seperti orang gila. Aku tak percaya bahwa ternyata saat ini Yovie suka padaku. Aku pikir, ini semua hanya mimpi. Setelah kucubit pipiku, barulah aku sdar bahwa ini semua bukan mimpi.
“Tit…tit…titt…”
Rupanya hpku berbunyi yang menandakan ada sms masuk. Aku segera berlari menuju tempat tidur untk membuka sms.

From : 081553######
Shela, selama ini aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku. Setiap hari, aku selalu memikirkanmu. Mungkin aku pernah punya salah padamu. Sehingga tuhan mengutukku menjadi seperti ini? Atau mungkin, aku telah jatuh cinta padamu? aku tak tahu apalah. Yang jelas, aku suka padamu. Terima kasih karena telah menerima pemberianku.

Fathur Dwitama Yovienka

Aku tak percaya. Aku segera membaca ulang nama pengirim sms tersebut. Setelah 7 kali, barulah aku percaya bahwa pengrim sms tersebut adalah Yovie.
Setelah berpikir cukup lama, yaitu 10 menit. Akhirnya aku membalas sms Yovie.

To : 081553######
Yovie, kamu juga harus tahu. Bahwa selama ini, dan bukan hanya selama ini, aku juga menyimpan rasa yang sama seperti kau rasakan. Tapi kupikir, kau takkan mungkin menyukaiku. Tapi aku juga tak tahu kalau ternyata kau berubah pikiran. Terima kasih kembali atas gelangnya. Aku suka.

Tak beberapa lama kemudian, dia membalas sms dariku.

From : 081553######
Thanks Roshella Davinka Azarine. I luph U.
Shela, kamu mau kan menjadi yang istimewa dalam hatiku? 

Seketika itu, aku tak dapat membalasnya. Aku bingung bercampur gembira. Tubuhku membeku. Aku langsung menciumi layer hpku layaknya orang sinting.
Sampai larut malam pun, aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan Yovie sambil menggenggam gelang giok yang ia berikan. Sampi-sampai, Yovie terbawa di mimpiku.
Saat aku berada di penghujung kelas, para guru banyak memberikan tugas untuk mengisi nilai rapor. Otomatis, para murid juga kewalahan dengan tugas yang banyak itu.
Contohnya saja tari modern atau dance yang harus dibawakan secara berkelompok. Setiap kelompok beranggotakan 5 orang. Saat itu, Yovie juga termasuk dalam anggota kelompoku. Tapi, Opie minta tukar anggota denganku. Dia minta Yovie ditukar dengan Alif. Akupun enyetujuinya walaupun dalam hatiku.
Saat latihan dirumah Wirda, tiba-tiba Yovie datang bersama dengan Vita dan Ophie. Aku terkejut. Jujur, aku sangat malu jika berhadapan muka langsung dengan Yovie setelah dia menyatakan perasaannya kemarin.
Aku segera menghindar. Tapi kemanapun aku pergi, Yovie pasti mengetahuinya. Aku malu sekali. Jika aku sudah ketahuan, pasti Yovie mengajakku mengobrol. Tapi aku tak mau, alasannya karena aku malu. Aku tak tahu mengapa aku merasa malu.
Pernah aku mengobrol dengan Yovie dan bertatapan muka langsung dengannya. Tapi itu hanya sekali. Ironisnya, obrolan itu menyebabkan aku semakin malu padanya. Malu, malu, malu akh…
“Hai Shela.” Sapa Yovie.
“H-hai juga.” Jawabku gugup.
Gugup yang ada pada diriku disebabkan karena aku malu. Sehingga rasanya mulut ini terkunci.
“Bisa nggak latihannya?” tanyanya.
“B-bisa, e-emang kenap-a?” jawabku.
“Pinter banget. Kamu kok jadi gagap gitu sih?” tanyanya.
Langsung saja aku berkata tanpa hambatan “Ini gara-gara kamu.”
“Owh, maaf ya cantik kalau aku ngganggu kamu.” Kata Yovie.
“E-eh, e-nggak kok Yov. T-tadi salah ngom-mong.” Kataku.
“Ya, nggak apa-apa. Lanjutin aja latihannya. Aku mau kembali dulu ya! Daaa… Shela.” Kata Yovie sambil melambaikan tangan kepadaku.
“Daaa… juga. Hati-hati ya Yov.”kataku.
“Iya Shela cantik. Muah…” kata Yovie sambil melemparkan kiss bye kepadaku.
Mukaku langsung merah. Aku malu sekali. Teman-teman langsung meledekiku.
“Ciye…ciye… mukanya merah ni yee.” Kata Wirda.
“Diam. Awas kamu Wir, ku panggilin Rizcha baru tau rasa.” Kataku.
“Di terima langsung aja loh Shel.” Kata Alif.
“Iya, kapan-kapan aja. Waktu rekreasi.” Jawabku.
Yovie ternyata sangat perhatian kepadaku. Dia selalu menungguiku jika aku belum pulang sekolah. Dia juga biasa lewat ke tempat kursusku untuk mengetahui apakah aku sudah pulang atau belum.
Aku juga memberikannya sebuah gantungan kunci sebagai balasan saat dia memberikanku gelang giok itu.
Meskipun aku tak pernah bertemu dan berbicara langsung dengannya, tapi aku dan dia tetap berkomunikasi walupun hanya lewat sms ataupun telepon.
Terkadang saat jam istirahat sekolah, dia menyanyikanku lagu-lagu yang bertemakan isi hatinya.
Pacarku, sayangilah aku…
Pacarku, cintailah aku…
Seperti kumencintaimu…

Lagu itu juga meluluhkan hatiku. Aku merasa bahagia.
Tapi semua itu harus berakhir saat sekolahku juga berakhir. Aku harus berpisah dengan semua temanku, juga dengan Yovie-ku yang kucinta.
Rasa sedih selalu menyelimuti hati ini. Selama ini, aku tak pernah menjawab pertanyaan dari Yovie.
“Shela, kamu mau kan menjadi yang istimewa dalam hatiku?” pertanyaan itu selalu datang di pikiranku. Aku merasa menyesal, mengapa selama ini selalu menyia-nyiakan kesempatan.
Sampai saat ini, semua masih kupikirkan. Terkadang, ingin rasanya waktu ini diputar kembali. Agar aku takkan melakukan semua hal yang tak kuinginkan.
Aku rindu kepada Yovie. Sampai saat ini, tak ada seseorang yang dapat mencintaiku dan memperhatikanku secara lebih kecuali, Yovie.

13 Maret 2007 - 30 Maret 2007

*****

0 komentar:

Posting Komentar

isi komentar anda yang sopan dan jujur ya!!!!

BM
krelzz