Taat dan Ingkar adalah Suatu Pilihan

Oleh : Yadi Mulyadi 
(Aktifis Lembaga Dakwah Kampus DKM Unpad).

Dalam menjalani kehidupan. Seseorang sering dihadapkan dengan pilihan-pilihan dalam kehidupannya dan setiap pilihan yang diambil tentu akan mendatangkan sebuah kemaslahatan dan kemudharatan (kebaikan dan kejelekan) sebagai suatu konsekuensinya. Begitu juga sikap Ingkar dan Taat kepada Allah adalah suatu pilihan seseorang dalam menentukan jalan hidupnya untuk mencapai suatu kebahagiaan.


Allah swt telah menyediakan Surga bagi hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa yang beribadah kepada-Nya melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allah juga menyediakan Neraka bagi hamba-Nya yang musyrik |mempersekutukan Allah| yang ingkar dan enggan menyembah beribadah kepada-Nya juga tidak melaksanakan perintah-Nya dan tidak mau menjauhi larangan-larangan-Nya.

Seseorang dalam beribadah kepada Allah swt, pahala dan ganjarannya bukanlah bagi oranga lain, bukan juga untuk kepentingan Allah swt, tetapi Ia yang beribadah kepada Allah swt pahala dan ganjarannya bagi kepentingan dan kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Seseorang yang berbakti dan beribadah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya niscaya orang tersebut akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat sebagai konsekuensi dari ketaatannya kepada Allah, kebahagiaan hidup di Surga dan bertemu dengan sang maha pencipta yaitu Allah swt. Sebaliknya bagi manuisa yang ketika hidupnya di dunia gemar melanggar perintah-perintah-Nya dan menuruti kepada ajakan hawa nafsunya yang menjerumuskan pada kejelekan dan kekafiran maka balasan baginya di akhirat akan mendapatkan kehidupan sengsara dan celaka sebagai konsekuensi keingkaran kepada-Nya, inilah balasan bagi orang yang menggunakan hidupnya di dunia ini untuk bersenang-senang, serta menuruti ajakan hawa nafsunya tanpa ada pengendali dari ilmu agama.

Tujuan hidup manusia setelah meninggalnya di alam dunia ini ada 2 tujuan (kebahagiaan dan kecelakaan) yaitu Surga dan Neraka. Jalan untuk menuju kebahagiaan di akhirat itu banyak halangan dan rintangannya ada saja godaan yang menghampiri kita karena seringkali keinginan hawa nafsu dalam diri yang cenderung pada kebahagiaan dunia tidak sesuai dengan apa yang kita kerjakan dalam melaksanakan kebaikan ataupun ketaatan kepada-Nya, namun sebaliknya jalan untuk menuju kecelakaan di akhirat itu penuh dengan kesenangan serta kenikmatan-kenikmatan dunia yang sesuai dengan keinginan nafsu kita, tidak menghiraukan hukum syara' yang penting bahagia padahal itu bertentangan dengan aturan dan perintah agama. 

Rasulullah saw memeritahkan kepada umatnya untuk mencari dan menuntut surga walaupun jalan untuk menujunya penuh dengan rintangan-rintangan dan hal-hal yang tidak menyenangkan, dalam hadits dikatakan :
اَلدُّنْيَا سِجْنُ اْلمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ اْلكَافِرِيْنَ. (رواه مسلم).
" Dunia itu bagaikan penjara bagai orang-orang mukmin dan bagaikan surga bagi orang yang kafir ". (H.R Muslim).
Memang hidup orang mukmin di dunia ini terikat oleh aturan-aturan atau hukum-hukum Allah sehingga tidak bebas melakukan apa saja, ada hal-hal yang dilarang untuk dilaksanakan ada juga kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan, maka hidupnya orang mukmin di dunia ini bagaikan hidup di penjara yang tidak bebas semau keinginannya melakukan apa saja. Namun suatu saat nanti orang mukmin yang bersikap seperti ini (memilih taat kepada Allah) akan merasakan akhiratnya sebagai surga yang penuh dengan kenikmatan-kenikmatan yang dijanjikan sebagai balasan untuknya.

Allah swt berfirman dalam surat Muhammad ayat yang ke 15 :
" Perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka... ", (TQ.S Muhammad : 15).

Ayat diatas Imam Jalalain menafsirkan dalam kitab tafsirnya :

015. (Perumpamaan) gambaran tentang (surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa) dan yang menjadi milik bersama bagi orang-orang yang memasukinya. Lafal ayat ini menjadi Mubtada, sedangkan Khabarnya ialah (yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya) dapat dibaca Aasinin atau Asinin, jika dibaca Aasinin wazannya sama dengan lafal Dhaaribin, jika dibaca Asinin Wazannya sama dengan lafal Hadzirun. Artinya, airnya tidak berubah atau tidak berbeda dengan air dunia yang dapat berubah karena ada sesuatu yang mencampurinya (sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya) berbeda dengan air susu di dunia, karena air susu di dunia keluar dari susu (sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya) sangat lezat rasanya (bagi peminumnya) berbeda halnya dengan khamar di dunia, khamar dunia rasanya tidak enak bila diminum (dan sungai-sungai dari madu yang disaring) berbeda dengan madu di dunia, karena madu di dunia keluar dari perut tawon kemudian bercampur dengan lilin dan lain sebagainya (dan mereka memperoleh di dalamnya) berbagai macam jenis (dari aneka ragam buah-buahan, dan ampunan dari Rabb mereka) Rabb mereka rela terhadap mereka di samping kebaikan-Nya yang terus melimpah bagi mereka tanpa henti-hentinya, yaitu berupa kenikmatan-kenikmatan yang telah disebutkan tadi. Berbeda halnya dengan perihal seorang tuan atau pemilik hamba sahaya di dunia, karena sesungguhnya sekalipun majikan dari hamba sahaya itu berbuat baik kepadanya hal itu dibarengi dengan amarahnya, yakni terkadang sang majikan memarahinya (sama dengan orang yang kekal dalam neraka) lafal ayat ini menjadi Khabar dari Mubtada yang diperkirakan keberadaannya yakni, apakah orang yang berada dalam kenikmatan tersebut sama dengan orang yang kekal di dalam neraka (dan diberi minuman dengan air yang mendidih) yakni air yang sangat panas (sehingga memotong-motong ususnya?) artinya, minuman itu menghancurkan dan mencabik-cabik isi perutnya. Lafal Am'aa adalah bentuk jamak dari lafal Mi'a, sedangkan huruf Alifnya adalah ganti dari huruf Ya, karena sebagian dari mereka ada yang mengatakan Mi'yaani. 

Inilah gambaran balasan bagi orang mukmin yang kehidupan di akhiratnya penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan sebagai konsekuensi dari ketaatan dan ketakwaannya kepada Allah ketika di dunia. Sedangkan golongan ahli neraka akan di huni oleh orang-orang kafir, orang-orang yang ketika hidupnya di dunia tidak mengindahkan dan tidak memperdulikan perintah dan larangan-laranagn-Nya, apa yang dilarang oleh Allah mereka mengerjakan dan apa yang di perintahkan oleh Allah  mereka meninggalkan. Orang yang ingkar atau kafir ketika hidup di dunia ini suka mengikuti hawa nafsunya, dijadikannya oleh mereka dunia ini sebagai surga sementara tetapi nanti di akhiratnya mereka akan merasakan perihnya kesengsaraan dan kerugian sebagai konsekuensinya. Kehidupan mereka di neraka akan di berikan makanan dari pohon zakum yaitu suatu pohon yang termasuk pada golongan makanan yang paling buruk, pahit rasanya bau dan berduri. Minuman bagi mereka akan di beri minuman dari air yang sangat panas.

Allah berfirman :
"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (TQ.S Al-Kahfi : 29).

Tafsir ayat ini menurut Imam Jalalain adalah :
 029. (Dan katakanlah) kepadanya dan kepada teman-temannya, bahwa Al-quran ini (adalah benar datang dari Rabb kalian, maka barang siapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman dan barang siapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir). Kalimat ayat ini merupakan ancaman buat mereka. (Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu) yaitu bagi orang-orang kafir (neraka, yang gejolaknya mengepung mereka) yang melahap apa saja yang dikepungnya. (Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih) seperti minyak yang mendidih (yang menghanguskan muka) karena panasnya, jika seseorang mendekat kepadanya (seburuk-buruk minuman) adalah minuman itu (dan ia adalah sejelek-jelek) yakni neraka itu (tempat istirahat). Lafal Murtafaqan sebagai lawan makna yang telah disebutkan di dalam ayat yang lain sehubungan dengan gambaran surga, yaitu firman-Nya, "Dan surga itu adalah tempat istirahat yang paling indah" (Q.S, 18 Al-Kahfi, 31). Jika tidak diartikan demikian, maka tidaklah pantas neraka dikatakan sebagai tempat istirahat. 

Maksud dan tujuan Allah swt menggambarkan kenikmatan surga dan kesengsaraan serta pedihnya siksa neraka, supaya umat manusia bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Berlomba-lomba dalam kebaikan dan mengumpulkan bekal yang banyak yaitu bekal iman dan takwa serta amal sholeh, karena alam akhirat merupakan alam terakhir yang akan kita tempati merupakan alam yang kekal abadi. Karena itu marilah kita jadikan dunia ini sebagai lahan untuk menanam yang hasilnya akan kita petik suatu saat nanti.

Dalam kata mutiara bahasa arab yang penuh hikmah di katakan :
مَنْ يَزْرَعْ يَحْسُدْ
"  Barangsiapa yang menanam pasti ia akan memetik ".
Dalam al-Qur'an Allah swt pun menyatakan bahwa setiap amal apapun, setiap apapun kebaikan atau kejelekan yang kita kerjakan akan mendapatkan pahala atau dosa sebagai balasannya walaupun hanya sebesar biji sawi terhadap apa yang kita kerjakan. Semoga ini menjadi muhasabah bagi kita semua.  Wallohu 'alam bi as showab.


0 komentar:

Posting Komentar

isi komentar anda yang sopan dan jujur ya!!!!

BM
krelzz