Yang terlupakan


Iman masih saja memegang perutnya sembari merasakan lapar yang sangat, dikarenakan sudah dua hari ini ia belum makan sesuap nasi pun. Sudah berhari-hari ia pergi dari kampung halamannya untuk mengadu nasib ke kota. Hidup di zaman kapitalisme ini, ia merasakan bahwa kehidupan ini memang hanya berpihak kepada para kapital  (Pemilik Modal) saja. Mungkin ada benarnya lirik lagu "yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin" yang sering dibawakan Bang Haji Rhoma Irama itu. Orang kaya menindas kaum yang lemah, mereka terus saja memeras orang yang tak berdaya, mereka mengaku orang beriman tetapi kenyataannya jauh panggang dari api. Masih tetap saja menjalankan Riba. Padahal seperti yang telah kita ketahui, seringan-ringannya dosa riba, dosanya seperti seorang anak laki-laki yang menzinahi ibu kandungnya sendiri. Nauzubillahi min dzalik.
Iman hanyalah salah satu korban kezaliman Sistem Sekuler kapitalisme. Betapa banyak korban-korban lainnya, yang lebih parah dari pada dia.  Iman pun berjalan tak tentu arah, tak ada satu pun tempat yang mau menerima iman sebagai pekerja. Sudah puluhan tempat ia coba datangi, tapi hanya penolakan  yang ia dapatkan.
Sampai akhirnya, iman pun tak bisa melangkahkan kakinya lagi, karena tubuhnya sudah tidak kuat lagi menahan rasa lapar.  Ia pun berhenti disebelah sebuah roda bakso yang sedang berjualan. Iman hanya bisa melihat dan merasakan nikmatnya orang yang sedang menikmati semangkuk bakso itu. "…andai aku bisa makan bakso itu!!" ucap iman dalam hati. Tapi ia tak bisa berbuat banyak, iman sudah tak lagi memiliki uang sepeserpun. Di perjalanan, seluruh barang bawaannya dan termasuk uangnya dirampok oleh para preman jalanan. Kenyataan hari ini telah ia rasakan bahwa sistem sekuler demokrasi memang tak mampu menyejahterakan rakyatnya, tak mampu memberikan keamanan kepada seluruh rakyatnya. Dari hari ke hari kriminalitas pun kian merajalela. Iman hanya bisa menangisi keadaan, ia tak bisa berbuat banyak.
"Apa yang sedang kau lakukan disini, dek" Ucap seseorang kepada iman.
Iman tersentak kaget mendengar ada seseorang yang mengajaknya bicara dari belakang. Lalu iman pun langsung menoleh ke belakang memastikan orang yang sedang berbicara dengannya.
Dilihatnya sesosok wajah yang telah ia lihat dari tadi, pak rudi sang pedagang bakso. Dengan senyumnya yang tulus pak rudi pun mencoba menemani iman yang dari tadi sendirian, dan mengajaknya bicara.
"Bapak lihat dari pagi, adek duduk-duduk disini, sepertinya adek orang jauh ya?? Adek belum makan ya? Nih buat adek!!" Tanya Pak rudi sambil menyodorkan semangkuk Bakso kepada Iman.
Iman pun menerimanya dan langsung memakan bakso itu. Hanya beberapa menit saja, bakso itu pun habis juga.
Setelah habis, iman pun langsung menemui pak rudi dan berterima kasih kepadanya. Saking senangnya, ia berterima kasih dengan sangat berlebihan. Tak disangka, ternyata pak rudi tak senang dengan perlakuan yang diberikan oleh Iman kepadanya. Ia pun marah besar dan mengatakan kepadanya "DASAR PEMUDA TAK TAHU TERIMA KASIH!!!"
Iman pun kaget bukan main, dan ia pun berfikir dalam hati "bukannya saya sudah berterima kasih, tapi kenapa dia kok marah begitu???".
"Pernahkah kamu berterimakasih kepada ORANG TUAMU???" Tanya Pak rudi dengan nada Emosi.
"Setiap hari orang tuamu memberi makan kepadamu dengan sangat ikhlas, mereka tak pernah meminta balasan darimu, tapi kamu memang tak tahu diri!! Mereka engkau acuhkan. Tak pernah engkau berterima kasih kepada mereka," lanjutnya
"setiap mereka memberi makan, engkau tak pernah mengatakan walau hanya satu kalimat yang menyenangkan hati mereka, engkau malah menyakiti mereka!!" lanjutnya.
Iman pun tertunduk malu, karena selama ini ia tak pernah sepatah kata pun mengucapkan kata "terima kasih" kepada  kedua orang tuanya. Lalu ia sadar kata-kata pak rudi itu dan ia pun langsung meminta maaf kepada pak rudi karena berlebihan kepadanya.

***
Dari Kisah tadi kita bisa melihat, Terkadang manusia lupa berterimakasih kepada orang tuanya sendiri. Setiap hari orang tualah yang memberi kita makan, orang tualah yang telah mendidik kita, orang tualah yang telah mengurus kita. Tapi tak pernah sedikit pun kita berterimakasih kepadanya. Bahkan kita sering menyakiti mereka.
Sadarkah anda, bahwa orang tualah yang telah memberikan cintanya kepada Anda. Tak ada orang tua yang ingin anaknya menderita. Setiap tutur katanya dimaksudkan untuk kebaikan kita, walaupun itu berupa larangan, tentunya orang tua ingin anaknya tidak terjerumus kedalam kebinasaan. Semua orang tua tidak membutuhkan pembalasan dari seorang anak. Yang diingankan oleh mereka hanyalah kita menjadi manusia yang berhasil, sukses menjalani kehidupan, dan BAHAGIA.
Pernahkan Anda mengatakan kepada Ibu anda "Ibu, I LOVE YOU!!" atau "Ayah,, I LOVE YOU". Pastinya anda TIDAK PERNAH mengatakannya. Bukankah begitu??
Berbeda halnya ketika anda bertemu dengan calon istri atau calon suami anda. Dengan sepenuh hati anda mengatakan "I LOVE YOU", " Aku mencintaimu setulus hatiku", atau "Aku tak akan pernah meninggalkanmu walau hanya sesaat". GOMBAL!!!! Sangat Gombal… Bohong apa yang anda katakan itu. Anda memang tak pernah tau malu. Kepada orang lain mengatakan dengan tulus ikhlas tetapi kepada orang tua sendiri??? TAK PERNAH…
Saat mereka membutuhkan kita, misalnya untuk hanya sekedar membawakan barang ke suatu tempat. Engkau biasanya, menunda-nunda apa yang mereka inginkan, "SEBENTAR BU,,, 5 menit LAGI!!!" itulah yang sering lidahmu ucapkan. Tak pernah engkau rasakan apa yang mereka rasakan ketika mereka mendengar apa yang kau ucapkan itu.. SAKIT SEKALI HATI MEREKA ITU. Tapi mereka tak pernah mengucapkan kekesalannya kepada kita, mereka hanya memendamnya agar tidak mau melihat anaknya tersakiti.
Coba renungkanlah Kawan!!! Mungkin ini bisa menjadi bahan evaluasi kita bersama!!


Jatinangor, 19 september 2011
"Taufiq Sutyarahman"

0 komentar:

Posting Komentar

isi komentar anda yang sopan dan jujur ya!!!!

BM
krelzz